Senin, 19 Januari 2009

Komunikasi Tertutup di Keluargaku

Tulisan ini saya ambil dari You’ve Got a Friend, edisi Senin, 12 Januari 2009


Sejak usia 7 hari, ibunda tercinta meninggalkanku untuk selamanya. Sementara ayahku tinggal di luar daerah. Sejak saat itulah aku dibesarkan oleh sebuah keluarga yang sangat baik. Saat itu aku adalah anak kedelapan di keluarga ini. Dan sekarang jumlah kami bertambah banyak dan sangat ramai. Namun, komunikasi antar anggota keluarga sangatlah minim, tertutup, bahkan ekstrim. Aku dan ibuku tidak pernah ada pembicaraan dari hati ke hati, apalagi curhat.

Sekarang, aku sudah hidup mandiri, tinggal diluar keluargaku dan sudah saatnya menentukan pasangan hidup. Sudah lama sekali aku ingin membicarakan masalah cinta pada ibu, karena ini menyangkut pilihan hidup. Akhirnya, lewat telepon aku menceritakan semuanya, bukan hanya masalah asmara tetapi juga masalah keluarga yang sudah lama ingin aku utarakan. Kami berbicara dari hati ke hati, dan ternyata respon ibu sangat baik, dia memberi feedback yang cukup menyentuh dan membuatku terharu, bahkan kami sampai menangis. Ternyata dibalik sosoknya yang diam, ibu adalah perempuan yan terbuka dan sangat perhatian. Terima kasih ibu.

(dari Jeni di You’ve Got a Friend)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar