Senin, 19 Januari 2009

GRAFOLOGI: TULISANMU WATAKMU

Manusia sulit berpura-pura soal “jerohannya”. Ada beragam jejak yang bisa dibaca orang tentang kepribadiannya. Bahkan orientasi seksual pun terpampang jelas melalui beberapa anggota badan. Salah satu tanda untuk menguak hal itu adalah tulisan tangan.

Ya, tulisan tangan yang sudah jarang kita lakukan seiring maraknya layanan pesan singkat dan surat elektronik itu bisa menjadi pintu gerbang untuk mengorek kepribadian dan karakter kita. ”Tak bisa disangkal lagi bahwa tulisan tangan seseorang itu khas. Karakteristik bentuknya tidak bisa benar-benar ditiru oleh orang lain”, tulis Camilo Baldi dalam bukunya A Method to Recognize the Nature and Quality of a Writer. Buku ini diterbitkan tahun 1622 dan diyakini menjadi buku pertama yang menganalisis tulisan tangan.

Tulisan tangan memang bukan hasil karya tangan semata. Ada yang menyatakan bahwa tulisan tangan seharusnya disebut dengan tulisan otak sebab perintah gerak yang membuat tulisan berasal dari otak, bukan dari tangan. ”Makanya tidak aneh jika ada orang yang bisa menulis menggunakan kaki,” kata Achsinfina H.S.,CHA, grafolog yang berpraktek di kawasan Bintaro.


90% lebih akurat.

Untuk bisa dianalisis tentu saja kita harus menyerahkan hasil tulisan tangan kita. Sinta, begitu panggilan akrab Achsinfina, mensyaratkan minimal kita membuat 15 baris tulisan. ”Tiga baris sih sebenarnya oke-oke saja.” Tulisan tadi harus digoreskan di atas kertas HVS berbobot sekitar 80 gr tanpa garis. Mengapa polos? Baseline atau kerataan tulisan ternyata termasuk faktor yang dinilai.

Tidak ada ketentuan harus menulis apa. Bukan cerita yang dinilai. Grafologi tidak melihat apakah tulisan Anda cantik atau berantakan. Cuma, untuk alat tulisnya harus menggunakan bolpoin standar. Boleh warna biru atau hitam. Alat tulis seperti Boxy atau spidol sebaiknya tidak digunakan, sebab menurut Shinta dapat membuat analisis bias akibat kuat lemah tekanan tidak terbaca.

Ada beberapa karakter dan goresan yang bisa digunakan untuk mengintip karakter seseorang. ”Misalnya huruf o, i, atau t,” kata Shinta. Perhatikan huruf ”o” yang Anda buat. Jika menutup sempurna pertanda Anda cenderung berbohong. Huruf ”o” juga menguak seseorang apakah ia teliti atau tidak. Dari penulisan huruf ”i” dan ”j” bisa ketahuan apakah seseorang peduli pada detail atau tidak. Sementara huruf ”t” akan memberikan kepercayaan soal kepercayaan diri. Tentu saja analisis tidak melihat satu huruf saja. Aspek lain pun akan mempengaruhi penilaian karakter seseorang.

Kecondongan tulisan (apakah miring ke kanan, tegak, atau miring ke kiri), serta lebar tulisan merupakan beberapa aspek yang turut berperan dalam penulisan. Dari kecondongan tulisan, bisa diteropong kehidupan sosialnya. ”Jika tulisannya miring ke kanan maka penulisnya memiliki kehidupan interaksi sosial yang bagus. Miring ke kiri, cenderung melihat diri sendiri sebagai center,” kata Shinta.

Sebenarnya semua orang bisa mempelajari grafologi ini. Tidak ada kualifikasi khusus untuk menjadi grafolog. Soal keakuratan penilaian, Shinta menyatakan bahwa sampai saat ini di atas 90% analisisnya sesuai dengan karakter ternilai.

Karakter seseorang merupakan hasil rangsangan dari lingkungan sejak kecil hingga besar. Bentuk atau ukuran huruf seseorang bisa saja berubah, tapi gerakan spontan saat anak-anak membuat ”tulisan cakar ayamnya” akan tetap terlihat.

Sumber: Agus Surono dalam Majalah Intisari edisi Juni 2008

1 komentar: